Kamis, 07 November 2013

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL Jangan Main-main dengan Alat (kelaminmu)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sastra adalah karya yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, kehidupan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 17). Karya sastra biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan yang berdasarkan fakta sosial dan kultural, karya sastra pada dasarnya bukan hanya sebagai hasil tiruan realitas kehidupan tetapi merupakan penafsiran-penafsiran terhadap realitas yang terjadi di masyarakat (Esten, 1989: 8).
Penelitian terhadap karya sastra penting dilakukan untuk mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat pada dasarnya mencerminkan realita sosial dan memberikan pengaruh terhadap masyarakat Oleh karena itu, karya sastra dapat dijadikan medium untuk mengetahui realitas sosial yang diolah secara kreatif oleh pengarang.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata, yang mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia bermacam-macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesamanya. Seorang pengarang berusaha semaksimal mungkin mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan lewat cerita yang ada dalam novel tersebut.
1.2 Tujuan
            Tujuan di buat makalah ini adalah sebagai salah satu tugas softskill mata kuliah Bahasa Indonesia. Mahasiswa dapat mengetahui analisis novel Jangan main-main (dengan kelaminmu) dengan menggunakan pendekatan struktural. Mahasiswa dapat mengetahui unsur intrisik dan ekstrinsik Jangan main-main (dengan kelaminmu)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
Pendekatan Struktural
Struktur berasal dari kata structura (bahasa latin) yang berarti bentuk atau bangunan. Srtukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu sendiri dengan mekanisme antar hubungannya, hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya, dan hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra, dimana kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra antara lain: alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat (Ratna, 2004 : 19-94). Pradopo dkk (dalam Jabrohim & Wulandari, 2001: 54) menjelaskan bahwa suatu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa didalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu stuktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunannya yang saling berjalin. Stanton (1965 : 12) mengemukakan bahwa unsur-unsur pengembangan itu terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Fakta cerita yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, sedangkan sarana sastra biasanya terdiri sudut pandang, sudut pandang gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan cara-cara pemilihan judul di dalam karya sastra. Sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas. Dalam pendekatan struktural, karya sastra baik fiksi maupun puisi adalah sebuah totalitas yang dibangun secara kohernsif oleh berbagai unsur pembentuknya (Abrams dalam Pradopo, 1995, 78). Analisis stuktur dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik, fisik yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2000 : 37). Analisis stuktural.
Tema merupakan ide dasar yang bertindak sebagai titik tolak keberangkatan pengarang dalam menyusun sebuah dalam cerita. Jadi, sebelum menulis cerita, seorang pengarang harus sudah menyiapkan tema terlebih dahulu. Oleh karena itu penyikapan terhadap eksistensi tema akan bertolak belakang antara pengarang dan pembaca. Pengarang harus menentukan temanya terlebih dahulu, sebelum menulis ceritanya. Adapun bagi pembaca, tema itu akan dapat dipahami jika pembaca itu telah membaca keseluruhan cerita dan menyimpulkannya. Seperti halnya tema, setelah membaca keseluruhan cerita, pembaca akan menemukan pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Bagi pembaca, tema dan pesan itu baru akan benar-benar jelas jika pembaca tersebut telah memahami unsur-unsur yang membangun sebuah cerita yang dibacanya. Unsur-unsur tersebut adalah latar, alur, sudut pandang, dan penokohan. Latar atau Setting dalam prosa fiksi merupakan tempat, waktu dan penokohan. Alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa. Hal ini perlu dimunculkan dalam sebuah cerita karena pada dasarnya setiap perbuatan atau aktivitas manusia akan terjadi  pada tempat, waktu, dan keadaan tertentu pula. Peristiwa dalam kehidupan manusia mungkin akan terjadi di pasar, taman, rumash sakit, angkasa, dalam laut, dan sebagainya; pada saat malam hati, sore hari, akhir tahuhn, seperempat abad yang lalu, dan sebagainya. Dengan lukisan tempat, waktu, dan situasi, jelas akan membuat cerita itu tampak lebih hidup dan logis. Namun, sesungguhnya secara lebih jauh, latar diciptakan untuk membangun suasana tertentu yang dapat menggerakan perasaan dan emosi pembaca (untuk menciptakan mood atau suasana batin pembaca). Alur  atau plot adalah struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang didalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab- akibat (kausalitas) dan logis. Alur terbentuk oleh tahapan emosional dan suasana dalam cerita. Tahapan perumitan , tahap puncak (klimaks), tahap peleraian, dan tahap akhir.
2.2 Sinopsis
Dalam novel ini pembaca disuguhkan cerita tentang konflik batin antara suami dan istri yang sudah bosan menjalani kehidupan rumah tangganya karena istri sudah berubah tidak sesegar dulu lagi, sehingga suami merasa jenuh dalam keadaan tersebut, akhirnya suami pun berselingkuh dengan perempuan lain. Padahal istri sudah berupaya untuk tetap merawat kebugarannya dengan melakukan senam dan fitness. Pada akhir cerita ini suami ditinggalkan oleh istri dan selingkuhannya.
sudah saatnya saya bertindak tegas. Tidak seperti dirinya yang hanya dapat bergumam, saya akan menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri  (hal.12)
“sudah saatnya saya bertindak tegas. Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hal.12) “Saya hanya main-main, Ma… saya cinta kamu. Beri kesempatan saya untuk memperbaiki kesalahan saya.”
“Saya sering katakana, jangan main api nanti terbakar.”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
Ini tidak main-main!
                                                                                               
2.3 Analisis Novel
Dalam cerpen yang berjudul Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu). pengarang menyuguhkan satu cerita tentang perselingkuhan suami. Itu memang hal yang biasa, namun pengarang menyajikan dengan sangat unik melaui berbagai macam sudut pandang. Sehingga pembaca bisa menjadi seseorang yang berbeda didalam satu cerita dan merasakan apa yang para tokoh yang semuanya dijadikan sudut pandang pengarang. Perselingkuhan memang hal yang sangat menyakitkan, namun setelah membaca cerpen tersebut, kita tahu alasan mengapa adanya perselingkuhan. Entah itu karena “penyakit” yang sudah menjadi kebiasaan atau pun karena sang istri tidak bisa menjaga penampilannya agar suami merasa nyaman.
Awalnya memang urusan kelamin, ketika pada suatu hari ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging, sebangkol lemak, gulungan kerut merut hingga suara kaleng rombeng. Saya sudah terbiasa mendengar keluhan suami-suami tentang istri-istri mereka. Saya juga tahu, mereka senang, sayang sampai cinta pada saya, awal mulanya pasti urusan fisik, urusan mata, urusan syahwat, mana mungkin bertemu langsung sayang, pasti senang dulu, dan senang itu bukan  urusan perasaan tapi pemandangan bukan? Sebenarnya, saya tidak terlalu nyaman mendengar keluhanya itu. Saya toh sorang perempuan yang suatu saat akan menjadi istri, yang berlemak, berkerut-merut dan cerewet seperti kaleng rombeng, yang suatu saat nanti mungkin akan dicampakan dan dilupakan seperti  istrinya  sekarang. Tapi sekarang ya sekarang, nanti ya nanti. Saya cantik, ia mapan. Saya butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi, bukan? Namun begitu, saya sering menasehatinya supaya tidak teralalu kejam begitu pada istri. Sekali-sekali, tak ada salahnya member istri sentuhan dan kepuasan. Bukannya sok pahlawan. Bukannya saya sok bermoral. Bukannya saya membela perempuan. Tapi saya memang tak ada beban. Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat. Tapi ia kerap menjawab, “kalau saya saja jengah bertemu, apalagi kelamin saya?” Hal 6
Tokoh- tokoh yang terdapat pada novel ini yaitu:
1.      Suami (diceritakan pada paragraf pertama)
2.      Sahabat  suami  (diceritakan pada setiap paragraf kedua) 
3.      Pacar sang suami /selingkuhan (diceritakan pada setiap paragraf ketiga)
4.      Istri (diceritakan pada paragraf keempat)
       Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju.
Latar atau setting:
a. Latar tempat
      ·         Tempat tidur. Latar tempat ini diceritakan pada awal cerita. Hal tersebut terlihat dari pernyataan dibawah ini: ” Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang “. (hal. 3).
      ·         Dijalan, dikantor, dirumah Seperti pada kutipan di bawah ini:” Sebentar kemudian saya akan terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, dan karyawan yang tak berhenti minta tanda tangan, rutinitas yang membosankan. Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada ditengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang lebih lama di rumah”. (hal.5).
b. Latar Suasana
      ·         Kecewa “Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang dengan latihan senam maupun fitness (hal.3)
      ·         Sedih ”Mungkin saya sudah terlalu merendahkan diri saya sendiri dengan membiarkannya  menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan kami.” (hal.12)
      ·         .Senang “Saya butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi, bukan.” (hal. 6).
      ·         Gelisah“Saya heran. kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya bahagia .” (hal.12)
Sudut pandang:
Sudut pandang dalam novel ini terdiri dari empat orang dengan sudut pandangnya masing-masing ( Suami,Sahabat suami , Wanita simpanan dan Istri).
Sudut pandang orang pertama, ( Suami dan istri)
Sudut pandang orang ketiga, (Sahabat  suami dan Pacar sang suami /selingkuhan)
Tema:
Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka, oleh norma masyarakat, dan pengkhianatan.
Amanat yang terkandung adalah
      ·         Hati-hatilah dalam bermain dengan kelamin! kalau tidak ingin mengatakan jangan main-main dengan kelamin!
      ·         suatu pelajaran hidup bahwa jika kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik, karena keindahan fisik akan berubah.
      ·         Sebagai seorang istri haruslah pintar-pintar merawat diri agar suami betah dirumah dan tidak selingkuh
Unsur Ekstrinsik Di dalam novel selain memiliki unsur intrinsik juga memiliki unsur ekstrinsik seperti unsur ekstrinsik dalam analisis novel ”Jangan main-main (dengan kelaminmu)” di bawah ini:
1. Nilai Sosial Nilai sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dan nilai social berhubungan dengan cara seseorang berintrinsik dan bersosialisasi., seperti yang ada dalam kutipan di bawah ini:” Peselingkuhan di masyarakat umum merupakan hal yang sangat sensitive dan merupakan norma sosial yang dilarang namun bila diamati diam-diam kita sudah terbiasa oleh wacana perselingkuhan.
2. Nilai Agama
Perselingkuhan menurut Islam merupakan perbuatan yang sangat tercela berikut dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran
“Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).
Allah S.W.T berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur':26).
BAB III
PENUTUP
3.1   Simpulan
Dalam cerpen yang berjudul Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu). pengarang menyuguhkan satu cerita tentang perselingkuhan suami. Itu memang hal yang biasa, namun pengarang menyajikan dengan sangat unik melaui berbagai macam sudut pandang. Sehingga pembaca bisa menjadi seseorang yang berbeda didalam satu cerita dan merasakan apa yang para tokoh yang semuanya dijadikan sudut pandang pengarang. Perselingkuhan memang hal yang sangat menyakitkan, namun setelah membaca cerpen tersebut, kita tahu alasan mengapa adanya perselingkuhan. Entah itu karena “penyakit” yang sudah menjadi kebiasaan atau pun karena sang istri tidak bisa menjaga penampilannya agar suami merasa nyaman. Dalam cerita novel ini terdapat latar yang beragam, seperti di tempat tidur, di jalan, di kantor, di rumah dan lain-lain. Tetapi ada satu latar yang sering dipakai dalam cerita novel ini yaitu di rumah. Adapun alur yang dipakai pengarang yaitu alur maju, karena meski dalam paragraf diulang-ulang pada pengisahan sudut pandangnya cerita novel ini disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan saya, dilanjutkan tahap penampilan masalah, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian sudut pandang dalan novel jangan main-main (dengan kelaminmu) ini tokoh saya mengakhirinya. Dan bahasa yang dipakai oleh pengarang menggunakan bahasa yang pulgar dan terkesan jorok namun tidak mengurangi keindahan makna didalamnya. Selain unsure-unsur intrinsic, di dalam novel ini pun terdapat unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berupa nilai-nilai yang berhubungan dengan moral, sosial, agama, sejarah dan pendidikan. Dalam novel ini hanya dipaparkan dua nilai yaitu nilai sosial dan nilai agama.
3.2 . Kritik dan Saran
            Dapat disarankan agar tidak menggunakan cerpen dengan jenis ini sebagai bahan pengembangan pengajaran karya sastra di sekolah. Jika dilihat dari segi nilai dan moral Kumpulan Cerpen Jangan Main- Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu ini lebih bersifat sebagai karya sastra yang pornografi.
 dari segi peminat novel ini banyak disukai mulai dari kalangan anak – anak hingga dewasa. Saran Sebaiknya penulis dapat lebih mengangkat kebudayaan yang ada di Indonesia agar bisa terlihat oleh dunia luas bahwa Indonesia mempunyai kebudayaan yang bagus untuk di terapkan
pada kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Maesa Djenar. 2008. Jangan main-main (dengan kelaminmu). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Read more »