Dahulu kala di
daerah Parahiyangan yang alamnya subur dan makmur, serta keindahan alamnya
benar-benar bisa dinikmati terdapatlah suatu kerajaan besar dan dipimpin oleh
Prabu Sungging perbangkara. Raja ini benar-benar arif dan bijaksana tetapi yang
Prabu tidak mau beristri, sehingga ia tidak mempunyai anak.
Suatu hari
berangkat lah raja serta para pengawalnya untuk berburu ke Hutan. Sampai di
tengah-tengah hutan, tiba-tiba Raja melihat sebuah kijang berlari cepat. Lalu
raja mengjar Kijang itu sampai jauh ke tengah hutan sementara para peengawalnya
berada di belakang. Hari semakin gelap dan kijang tidak lagi terlihat hamper
saja Raja putus asa. Kondisi Raja sangat lelah dan saat itu juga ingin buang
air kecil, sehingga kudanya disuruh berhenti lalu raja turun dan membuang air
kecil, kemudian tertampunglah air seni tadi dalam tempurung yang ada di tempat
itu.
Sang Raja : “Setelah kama aku lama berburu, ingin rasanya aku
membuang air kecil.”
Dalam waktu
singkat seekor babi berbulu putih yang merupakan jelmaan sedang lewat. Seekor
Babi itu adalah jelmaan Dewi yang dikutuk Dewa. Saat itu babi itu dalam keadaan
dahaga sehingga dikala melihat air dalam tempurung itu dengan segar
diminumnya.Dalam waktu yang agak lama, babi itu merasa agak aneh dalam
badannya, perutnya semakin membuncit ternyata babi itu mengandung.
Lama-kelamaan babi itu melahirkan dalam keadaan selamat yaitu berupa bayi
perempuan yang cantik, kemudian bayi itu diletakkan di atas rumput. Kebetulan
pada suatu hari raja itu berburu lagi bersama pengawalnya saat di tengah dii
hutan itu Raja mendengarkan tangisan Bayi.
Sang Raja : “Suara apakah itu ?....., nampaknya terdengar suara
tangisan bayi yang menjerit-jerit.”
Padahal bayi yang
menagis itu adalah anaknya sendiri. Bayi itu segera digendong Raja lalu di
bawanya ke istana dan di serahkan kepada pelayannya.
Pelayan : “Wah…..Tuan siapakah Bayi itu, cantik sekali dia…”
Sang Raja : “Aku menemukan seorang bayi yang sedang menangis di
tengah hutan waktu aku pergi berburu.”
Pelayan : “Bolehkah aku merangkulnya sejenak…”
Sang Raja : “Jangankan merangkulnya aku harap, kamu bisa merawatnya.”
Pelayan : “Denagn senang hati saya akan merawatnya, akan
tetapi mana mungkin bayi ini tidak mempunyai nama ?”
Sang Raja : “(Sejenak Sang Raja berfikir) Bagaimana…! Kalau Bayi ini
kita beri nama Nyi Dayang Sumbi.”
Lama-kelamaan
Bayi itu tumbuh bertambah Dewasa hingga menjadi Gadis yang cantik Jelita.
Berita tentang tentang anak Gadis yang Cantik itu terdengar dimana-mana,
sehingga banyak raja, maupun pangeran yang dating dari berbagai negeri untuk
menyuntung Dayang Sumbi. Namun saying seribu-sayang tidak ada 1 pun dari sekian
banyak Raja dan Pangeran yang di terimanya semuanya ditolaknya dengan tegas.
Melihat hal semacam itu Sang Raja (Ayah Dayang Sumbi) berkata
Sang Raja : “Hai Dayang Sumbi apa maksud mu itu, dari beberapa Raja
yang hendak melamar kamu mengapa satu pun tidak ada yang kamu terima”
Dayang Sumbi : “Aku tidak menginginkan kepada
setiap orang yang hanya bisa memamerkan hartakekayaan, karena harta kekayaan
hanya nikmat sejenak”
Sang Raja : “Apakah kamu
ingin menjadi Gadis terlanjur Tua, sehingga tidak laku.”
Dayang Sumbi : “Ampun Ayah, hamba tidak
mempunyai keinginan untuk berumah tangga.”
Sang Raja : “Kau memang menyalahi ketentuan, Wanita
harus mau menikah, melahirkan serta mau merawat anak hingga besar.”
Dayang Sumbi : “Ayahanda……..! apakah hamba ini
salah.”
Sang Raja : “Kamu jelas salah….!”
Dayang Sumbi : “Wahai Ayah, bagaimana tentang
keadaan Ayah sendiri yang tidak pernah menikah dan tidak beristri apakah hal
ini juga tidak menyalahi ketentuan padahal seorang raja harus punya seorang
anak keturunan untuk meneruskan dan menggantikan tahta kerajaan Ayah.”
Sang Raja : “Hai Dayang Sumbi….. kau berani sekali
melawan Ayahanda.”
Dayang Subi : “Ayah, Dayang Sumbi benar-benar
minta ampun kepada Ayahanda, bahwa asal-usul hamba adalah seorang byi yang di
temukan di tengah hutan.”
Ketika
Dayang Sumbi menginjak Dewasa Dayang Sumbi ingin mencari asal-usul siapakah
dirinya itu. Dan ketika itu Dayang Sumbi sangat kaget karena ia berasal dari
keturunan babi, ia mengetahui hal itu dari seorang pelayan yang merawatnya.
Pada
Suatu hari Dayang Sumbi di amanatkan untuk menikah dengan seekor anjing, tetapi
anjing itu bukan sembarang anjing melainkan jelmaan yang di kutuk oleh Dewa
yang bernama Tumang. Tidak tunggu waktu lagi Dayang Sumbi menikah dengan seekor
anjing itu dan Alhasil Dayang Sumbi Mempunyai seorang keturunan hasil dari
pertalian antara Dayang Sumbi dan Si Tumang. Tapi setelah Bayi dari Dayang
lahir Dayang ingin tidak memberi tahu bahwa Anjing itu adalah Ayahnya yang
bernama si Tumang lalu ketika Sangkuriang Dewasa Sangkuriang di perintahkan
untuk mencari hati daging babi untuk makana
siang. Lalu Samgkuriang pun berangkat menuju ke Hutan bersama si Tumang
anjingnya yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Sesampinya di Hutan ia
menemukan seekor Babi dan tidak lama kemudian Sangkuriang langsung mengejar dan
memburu babi tersebut tetapi tidak ada hasilnya karena dia putus asa dia
berpikir pendek.
Samgkuriang : “Huh…..daripada aku tidak
mendapatkan hasil buruan hari ini pasti ibuku kelaparan.”
Tidak
menunggu lama waktu Sangkuriang langsung membunuh anjingnya yaitu si Tumang dan
mengambil Hatinya untuk Ibunya dan mengatakan bahwa daging itu adalah daging
hasil buruannya.
Sangkuriang :
“Ibu…..aku pulang, bu aku membawa hasil buruan hari ini…”
Dayang Sumbi : “Sangkuriang , mana si Tumang
Ibu akan memeberi makan dia..?”
Sangkuriang : “(raut wajah cemas) Ibu maaf
si Tumang telah mati, daging Hati yang Ibu pegang itu adalah Daging si Tumang”
Dayang Sumbi : “Apa……..!”
Karena
saking emosinya Dayang Sumbi mengusir dan melempar Sangkuriang dengan Batu.
Lalu sangkuriang pun terluka di bagian dahinya dan luka itu melekat pada
dahinya meninggalkan bekas. Sangkuriang pun pergi melangkah menurut arah
langkahnya.
Beberapa
tahun sudah Sangkuriang meninggalkan rumah dan Sangkuriang sudah Dewasa dan
melupakan Dayang Sumbi dan kejadian yang pernah dialaminya.
Pada
saat Sangkuriang berjalan dia mlihat seorang wanita yang sangat cantik yang tak
lain adalah Ibunya namun Sangkuriang tidak menyadari hal itu. Lalu Sangkuriang
menghampiri Wanita itu dan menanyakan nama.
Sangkuriang :
“Hai wanita bolehkah aku mengenal dirimu ?”
Dayang Sumbi : “Nama
ku Dayang Sumbi, apakah aku juga boleh mengnalmu?”
Sangkuriang :
“(raut wajah kaget) namaku Sangkuriang”
Dayang
Sumbi sudah mengetahuinya bahwa yang di hadapannya itu adalah anaknya sendiri
namun Dayang sudah mulai melupakan apa yang telah terjadi.
Dengan
seiring berjalannya waktu Sangkuriang pun mulai merasa suka pada Dayang Sumbi.
Tetapi Dayang Sumbi tidak mau Anaknya itu menjadi Suaminya. Maka dari itu
Dayang Sumbi memberi tantangan kepada Sangkuriang untuk tidak menikahinya.
Dayang Sumbi : “Apakah kamu yakin ingin
menikahiku, jika ingin aku akan memberi tantangan kepadamu”
Sangkuriang : “Apapun tantangannya kekuatan
cintaku tidak akan terputus kepadamu.”
Dayang Sumbi : “Tantangannya adalah kamu harus
bisa membuat sebuah perahu yang besar dalam satu malam.”
Sangkuring pun tidak sanggup
membuat perahu yang raksasa dalam satu malam, dan Akhirnya Sangkuriangpun marah
dan langsung menendang perahu yang di buatnya itu sehingga menjadi Gunung Tangkuban
Parahu.
Dan
Itulah Akhir dari cerita asal-usul Tangkuban Parahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar