Sabtu, 20 April 2013

Asal Mula Gunung Tangkuban Parahu (Sangkuriang)


Dahulu kala di daerah Parahiyangan yang alamnya subur dan makmur, serta keindahan alamnya benar-benar bisa dinikmati terdapatlah suatu kerajaan besar dan dipimpin oleh Prabu Sungging perbangkara. Raja ini benar-benar arif dan bijaksana tetapi yang Prabu tidak mau beristri, sehingga ia tidak mempunyai anak.
Suatu hari berangkat lah raja serta para pengawalnya untuk berburu ke Hutan. Sampai di tengah-tengah hutan, tiba-tiba Raja melihat sebuah kijang berlari cepat. Lalu raja mengjar Kijang itu sampai jauh ke tengah hutan sementara para peengawalnya berada di belakang. Hari semakin gelap dan kijang tidak lagi terlihat hamper saja Raja putus asa. Kondisi Raja sangat lelah dan saat itu juga ingin buang air kecil, sehingga kudanya disuruh berhenti lalu raja turun dan membuang air kecil, kemudian tertampunglah air seni tadi dalam tempurung yang ada di tempat itu.

Sang Raja      : “Setelah kama aku lama berburu, ingin rasanya aku membuang air kecil.”
                       
            Dalam waktu singkat seekor babi berbulu putih yang merupakan jelmaan sedang lewat. Seekor Babi itu adalah jelmaan Dewi yang dikutuk Dewa. Saat itu babi itu dalam keadaan dahaga sehingga dikala melihat air dalam tempurung itu dengan segar diminumnya.Dalam waktu yang agak lama, babi itu merasa agak aneh dalam badannya, perutnya semakin membuncit ternyata babi itu mengandung. Lama-kelamaan babi itu melahirkan dalam keadaan selamat yaitu berupa bayi perempuan yang cantik, kemudian bayi itu diletakkan di atas rumput. Kebetulan pada suatu hari raja itu berburu lagi bersama pengawalnya saat di tengah dii hutan itu Raja mendengarkan tangisan Bayi.

Sang Raja      : “Suara apakah itu ?....., nampaknya terdengar suara tangisan bayi yang menjerit-jerit.”

            Padahal bayi yang menagis itu adalah anaknya sendiri. Bayi itu segera digendong Raja lalu di bawanya ke istana dan di serahkan kepada pelayannya.

Pelayan           : “Wah…..Tuan siapakah Bayi itu, cantik sekali dia…”


Sang Raja      : “Aku menemukan seorang bayi yang sedang menangis di tengah hutan waktu aku pergi berburu.”


Pelayan           : “Bolehkah aku merangkulnya sejenak…”

Sang Raja      : “Jangankan merangkulnya aku harap, kamu bisa merawatnya.”

Pelayan           : “Denagn senang hati saya akan merawatnya, akan tetapi mana mungkin bayi ini tidak mempunyai nama ?”

Sang Raja      : “(Sejenak Sang Raja berfikir) Bagaimana…! Kalau Bayi ini kita beri nama Nyi Dayang Sumbi.”


            Lama-kelamaan Bayi itu tumbuh bertambah Dewasa hingga menjadi Gadis yang cantik Jelita. Berita tentang tentang anak Gadis yang Cantik itu terdengar dimana-mana, sehingga banyak raja, maupun pangeran yang dating dari berbagai negeri untuk menyuntung Dayang Sumbi. Namun saying seribu-sayang tidak ada 1 pun dari sekian banyak Raja dan Pangeran yang di terimanya semuanya ditolaknya dengan tegas. Melihat hal semacam itu Sang Raja (Ayah Dayang Sumbi) berkata

Sang Raja      : “Hai Dayang Sumbi apa maksud mu itu, dari beberapa Raja yang hendak melamar kamu mengapa satu pun tidak ada yang kamu terima”

Dayang Sumbi           : “Aku tidak menginginkan kepada setiap orang yang hanya bisa memamerkan hartakekayaan, karena harta kekayaan hanya nikmat sejenak”

Sang Raja      : “Apakah kamu ingin menjadi Gadis terlanjur Tua, sehingga tidak laku.”

Dayang Sumbi           : “Ampun Ayah, hamba tidak mempunyai keinginan untuk berumah tangga.”

Sang Raja      : “Kau memang menyalahi ketentuan, Wanita harus mau menikah, melahirkan serta mau merawat anak hingga besar.”

Dayang Sumbi           : “Ayahanda……..! apakah hamba ini salah.”

Sang Raja      : “Kamu jelas salah….!”


Dayang Sumbi           : “Wahai Ayah, bagaimana tentang keadaan Ayah sendiri yang tidak pernah menikah dan tidak beristri apakah hal ini juga tidak menyalahi ketentuan padahal seorang raja harus punya seorang anak keturunan untuk meneruskan dan menggantikan tahta kerajaan Ayah.”

Sang Raja      : “Hai Dayang Sumbi….. kau berani sekali melawan Ayahanda.”

Dayang Subi              : “Ayah, Dayang Sumbi benar-benar minta ampun kepada Ayahanda, bahwa asal-usul hamba adalah seorang byi yang di temukan di tengah hutan.”


            Ketika Dayang Sumbi menginjak Dewasa Dayang Sumbi ingin mencari asal-usul siapakah dirinya itu. Dan ketika itu Dayang Sumbi sangat kaget karena ia berasal dari keturunan babi, ia mengetahui hal itu dari seorang pelayan yang merawatnya.
            Pada Suatu hari Dayang Sumbi di amanatkan untuk menikah dengan seekor anjing, tetapi anjing itu bukan sembarang anjing melainkan jelmaan yang di kutuk oleh Dewa yang bernama Tumang. Tidak tunggu waktu lagi Dayang Sumbi menikah dengan seekor anjing itu dan Alhasil Dayang Sumbi Mempunyai seorang keturunan hasil dari pertalian antara Dayang Sumbi dan Si Tumang. Tapi setelah Bayi dari Dayang lahir Dayang ingin tidak memberi tahu bahwa Anjing itu adalah Ayahnya yang bernama si Tumang lalu ketika Sangkuriang Dewasa Sangkuriang di perintahkan untuk mencari   hati daging babi untuk makana siang. Lalu Samgkuriang pun berangkat menuju ke Hutan bersama si Tumang anjingnya yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Sesampinya di Hutan ia menemukan seekor Babi dan tidak lama kemudian Sangkuriang langsung mengejar dan memburu babi tersebut tetapi tidak ada hasilnya karena dia putus asa dia berpikir pendek.

Samgkuriang             : “Huh…..daripada aku tidak mendapatkan hasil buruan hari ini pasti ibuku kelaparan.”

            Tidak menunggu lama waktu Sangkuriang langsung membunuh anjingnya yaitu si Tumang dan mengambil Hatinya untuk Ibunya dan mengatakan bahwa daging itu adalah daging hasil buruannya.

Sangkuriang              : “Ibu…..aku pulang, bu aku membawa hasil buruan hari ini…”

Dayang Sumbi           : “Sangkuriang , mana si Tumang Ibu akan memeberi makan dia..?”

Sangkuriang              : “(raut wajah cemas) Ibu maaf si Tumang telah mati, daging Hati yang Ibu pegang itu adalah Daging si Tumang”

Dayang Sumbi           : “Apa……..!”


            Karena saking emosinya Dayang Sumbi mengusir dan melempar Sangkuriang dengan Batu. Lalu sangkuriang pun terluka di bagian dahinya dan luka itu melekat pada dahinya meninggalkan bekas. Sangkuriang pun pergi melangkah menurut arah langkahnya.
            Beberapa tahun sudah Sangkuriang meninggalkan rumah dan Sangkuriang sudah Dewasa dan melupakan Dayang Sumbi dan kejadian yang pernah dialaminya.
            Pada saat Sangkuriang berjalan dia mlihat seorang wanita yang sangat cantik yang tak lain adalah Ibunya namun Sangkuriang tidak menyadari hal itu. Lalu Sangkuriang menghampiri Wanita itu dan menanyakan nama.

Sangkuriang              : “Hai wanita bolehkah aku mengenal dirimu ?”

Dayang Sumbi           : “Nama ku Dayang Sumbi, apakah aku juga boleh mengnalmu?”

Sangkuriang              : “(raut wajah kaget) namaku Sangkuriang”

            Dayang Sumbi sudah mengetahuinya bahwa yang di hadapannya itu adalah anaknya sendiri namun Dayang sudah mulai melupakan apa yang telah terjadi.
            Dengan seiring berjalannya waktu Sangkuriang pun mulai merasa suka pada Dayang Sumbi. Tetapi Dayang Sumbi tidak mau Anaknya itu menjadi Suaminya. Maka dari itu Dayang Sumbi memberi tantangan kepada Sangkuriang untuk tidak menikahinya.

Dayang Sumbi           : “Apakah kamu yakin ingin menikahiku, jika ingin aku akan memberi tantangan kepadamu”

Sangkuriang              : “Apapun tantangannya kekuatan cintaku tidak akan terputus kepadamu.”

Dayang Sumbi           : “Tantangannya adalah kamu harus bisa membuat sebuah perahu yang besar dalam satu malam.”


             Sangkuring pun tidak sanggup membuat perahu yang raksasa dalam satu malam, dan Akhirnya Sangkuriangpun marah dan langsung menendang perahu yang di buatnya itu sehingga menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
            Dan Itulah Akhir dari cerita asal-usul Tangkuban Parahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar